Selasa, 28 April 2015
Cemerlangkan Islam dan Berjihadlah dengan Ilmu
Ada dilemma yang sering dihadapi keluarga Indonesia, terutama keluarga miskin, dalam persoalan pendidikan. Misalnya, orang tua---karena desakan ekonomi dan pengetahuan yang minim, akhirnya memilih menyuruh anaknya untuk bekerja saja dan putus sekolah.
Dalam pandangan mereka, toh setelah tamat sekolah juga akan bekerja. Bahkan mereka punya alasan bahwa betapa banyak orang tidak sekolah bisa berhasil atau sebaliknya orang yang sudah sekolah tinggi tetapi juga tidak beruntung alias menganggur dan hidupnya juga pas-pasan saja.
Pandangan tersebut di atas terkesan ada benarnya, namun jika kita cermati lebih dalam, sangatlah jauh berbeda. Tentu saja kualitas orang yang bekerja dengan ilmu dan pendidikan yang tinggi dengan orang yang bekerja tanpa ilmu dan pendidikan yang rendah, sungguh berbeda sekali. Belum lagi kualitas cara berfikir, cara berkomunikasi, cara bergaul, bermasyarakat, cara bersikap dan yang paling utama adalah cara seseorang menghadap Tuhannya. Sungguh, sangat berbeda antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
Di samping itu, sekolah dan menuntut ilmu bertujuan bukan hanya sekedar mencari pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih besar, akan tetapi sekolah dan menuntut ilmu itu adalah tuntunan atau kewajiban agama bahkan bernilai jihad fisabilillah. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah wajib. Karena itu betapa banyaknya dalil-dalil dalam Al-Quran dan Hadist yang menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu.
Firman Allah: "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Mujadilah (58): 11)
Dalam sebuah hadis juga dijelaskan bahwa "Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu" (Hadist)
Ada beberapa keutamaan bagi para penuntut ilmu. Pertama, Allah Swt akan meninggikan derajat orang yang berilmu di akhirat dan di dunia. Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat berbanding lurus dengan amal dan dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain sesuai dengan ilmu dan amalan yang dia lakukan. "Katakanlah :"samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9).
Kedua, ilmu adalah warisan para Nabi. Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya para Nabi Saw tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak." (HR. Abu Dawud)
Ketiga, orang yang berilmu yang akan mendapatkan seluruh kebaikan. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah Swt akan memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari dan Muslim)
Perlu kita ketahui juga bahwa menunut ilmu adalah bagian dari jihad. Menurut Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad di jalan Allah karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal yaitu dengan ilmu dan berperang (berjihad) dengan senjata. Jika ada perintah untuk berjihad di jalan Allah dan jihad tersebut merupakan semulia-mulianya amalan, namun tetap menuntut ilmu harus ada. Bahkan menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib. Sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah. Artinya jika sebagian sudah melaksanakannya, maka yang lain gugur kewajibannya.
Allah Swt berfirman: "Dan andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar" (QS. Al Furqon: 51-52). "Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya." (HR. Ibnu Majah).
Salah satu jalan yang utama dalam proses menuntut ilmu adalah melalui jenjang pendidikan atau sekolah. Karena itu, sekali lagi kepada bapak Karyono, pilihan untuk tetap menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah jalan yang benar. Semoga kerja keras dan niat yang ikhlas bapak memberikan kesempatan menuntut ilmu kepada putranya dapat disandingkan dengan pahala jihad fisabilillah. Insya Allah, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan amaliah dalam dunia pendidikan juga termasuk jalan jihad. Wallahualam bisshawab.
Kamis, 23 April 2015
Siapakah Yang Pertama kali Menuliskan Harokat dan Titik pada Mushaf Al Quran?
Al Quran itu secara keseluruhan tertulis pada masa Nabi Muhammad SAW, akan tetapi tidak terkumpul dalam satu tempat dan tidak tersusun secara urut surat suratnya dalam satu mushaf. Ketauhilah bahwa tersusunnya Al-Quran dan masa turunnya adalah pada masa kenabian, dan semuanya langsung di bimbing dengan wahyu Allah.
Dalam kitab sejarah yang shahih, pengumpulan lembaran lembaran di lakukan pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan beliaulah yang menamai tulisan tulisan itu dengan Mushaf. keterangan ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dan Ibnu Abi Syaibah.
Dalam riwayat yang di bawakan imam Bukhari dan At Tirmidzi, Zaid bin Tsabit menceritakan dengan panjang, dimana Kholifah Abu Bakar Sidiq memerintahkannya untuk mengumpulkan Al Quran.
Abu Bakar berkata “Umar menemuiku dan berkata, Korban perang meluas pada hari Yamamah-yakni pada perang melawan Musailamah-hingga menimpa para penghafal Al Quran. Aku kwatir dengan meninggalnya banyak penghafal Alquran di berbagai medan pertempuran, maka hilang pula banyak ayat Al Quran. Aku berpendapat, sebaiknya engkau mengumpulkan Al Quran”
Setelah Zaid bin Tsabit menyelesaikan tugasnya, Mushaf itu berada pada Kholifah Abu Bakar hingga Allah mewafatkanya. Kemudian di bawa Umar bin Khotob sampai Allah mewafatkanya, lalu di bawa oleh Hafshah binti Umar, demikian Imam Bukhari mengabadikan dalam sebuah riwayat dalam kitabnya.
Kemudian pada masa Utsman bin Affan, Hudzaifah Ibnu Yaman mengusulkan untuk menyelamatkan umat islam dari perselisihan dalam masalah Kitab, karena saat itu Hudzaifah melihat banyak umat yang berbangga bangga dengan setiap bacaannya dan merasa paling bagus.
Maka Utsman bin Affan memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurahman bin Harist bin Hisyam untuk menyalinnya pada sejumlah mushaf.
Berkata Utsman bin Affan “ Apabila kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit dalam satu bagian dari Al Quran maka tulislah itu dengan bahasa Quraisy, karena Al Quran itu hanyalah di turunkan dengan bahasa mereka” demikian Imam Bukhari mengkisahkan.
Orang yang Pertama Kali Menuliskan Harokat dan Titik Pada Mushaf!
Ketauhilah bahwa keadaan mushaf Ustmani dahulu huruf hurufnya tidak bertitik, tidak berharokat dan tiada I’rabnya. Sebab ditinggalkanya i’rab saat itu-menurut pendapat ulama, karena mereka tidak membutuhkan i’rab pada masa pemerintahan Ustman. Mengapa?
Kerena mereka semuanya adalah orang orang Arab, mereka tidak mengenal salah baca dan tidak ada ilmu nahwu pada zaman mereka. Orang yang pertama kali menetabkan nahwu dan menyususn I’rab dalam mushaf adalah Abul Aswad Ad Dua’ali, seorang tabiin dari Basrah.
Di kisahkan bahwa dia mendengar seseorang membaca “أَنَّ ٱللَّهَ بَرِىٓءٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهُۥ ۚ
Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang orang musrik dan dari Rasulnya (dengan huruf lam pada lafal Rasul berharokat kasrah) yang di maksudkan adalah QS At Taubah ayat 3. maka Abul Aswad memandang bahwa itu adalah kesalahan yang amat besar.
Dia berkata “ maha Mulia wajah Allah Taala dari berlepas diri dari Rasulnya” kemudian dia menetapkan I’rab pada Mushaf.
Tanda I’rab itu berupa titik dengan warna merah yang berbeda dengan warna tinta yang termaktub dalam mushaf. Tanda fathah adalah titik di atas huruf.Tanda dhammah adalah titik di depan huruf.Sedang tanda kasrah adalah titik dibawah huruf. Tanda ghunnah adalah dua titik.
Selanjutanya Al Khail bin Ahmad Al Farahidi membuat bentuk bentuk tanda huruf: Syaddad (tasdid) ,mad,hamzah,serta tanda sukun dan tanda washal (teruskan bacaan) sesudah itu. kemudian I’rab berubah dari bentuk titik menjadi bentuk seperti yang ada sekarang ini.
Orang yang pertama kali meletakan titik (pada huruf) dalam mushaf adalah Nashr bin Ashim Al Laittsi, di bawah perintah Al Hajaj bin Yusuf, Sang Gubernur Irak dan Khurasan.Dia memerintahkan untuk meletakan tanda pada huruf huruf yang serupa, dan selanjutanya di laksanakan oleh Nashr bin Ashim Al Laitsi
Dia menuliskan titik, baik tunggal maupun berpasangan lantas membeda bedakan posisinya. Dialah orang pertama yag mengadakan titik pada huruf ya’ da ta’.Mereka berkata “itu tidak mengapa, karena itu adalah cahaya baginya” Selanjutnya mereka juga mengadakan titik pada akhir ayat, lantas mereka membuat berbagai pembukaan dan penutupan.
Dengan demikian, Abul Aswad adalah orang pertama yang menentukan I’rab, kemudian Nashr bin Ashim adalah orang yang memberikan titik sesudahnya,lantas Al Khalil bin Ahmad adalah orang yang memindahkan I’rab menjadi bentuk seperti sekarang ini.
Adapun penetapan persepuluh (sepersepuluh juz) diriwayatkan bahwa Khalifah Al Makmun dari dinasti Bani Abbasiyah memerintahkan hal itu. di katakana pula bahwa Al Hajjaj yang melakukanya. Di riwayatkan juga bahwa Al Quran itu di bagi pada zaman Al Hajaj menjadi tiga puluh juz.
Demikian kami tuliskan bersumber dari kitab Mausuah Al Illaj bil Quran Wa Al Adzkar karya syaikh Sya’ban Ahmad Shalih. Dengan sedikit pengolahan .semoga bermanfaat.
Rabu, 15 April 2015
Malah Kebalik dengan Zaman Umar bin Khattab
APAKAH kita mengenal dengan baik nama-nama di bawah ini?
1. Abu Bakar Siddiq radhiallahu ‘anhu
2. Umar Bin Khatab radhiallahu ‘anhu
3. Usman Bin Affan radhiallahu ‘anhu
4. Ali Bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
5. Thalhah Bin Abdullah radhiallahu ‘anhu
6. Zubair Bin Awaam
7. Sa’ad bin Abi Waqqas radhiallahu ‘anhu
8. Sa’id Bin Zaid radhiallahu ‘anhu
9. Abdurrahman Bin Auf radhiallahu ‘anhu
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah radhiallahu ‘anhu
2. Umar Bin Khatab radhiallahu ‘anhu
3. Usman Bin Affan radhiallahu ‘anhu
4. Ali Bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
5. Thalhah Bin Abdullah radhiallahu ‘anhu
6. Zubair Bin Awaam
7. Sa’ad bin Abi Waqqas radhiallahu ‘anhu
8. Sa’id Bin Zaid radhiallahu ‘anhu
9. Abdurrahman Bin Auf radhiallahu ‘anhu
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah radhiallahu ‘anhu
Atau beberapa nama di bawah ini :
1.Khadijah Binti Khuwailid radhiallahu ‘anha
2. Saudah Binti Zam’ah radhiallahu ‘anha
3. Aisyah Binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha
4. Hafshah Binti Umar radhiallahu ‘anha
5. Zainab Binti Khuzaimah radhiallahu ‘anha
6. Hindun binti Hudzaifa (Ummu Salamah) radhiallahu ‘anha
7. Zainab Binti Jahsy radhiallahu ‘anha
8.Juwairiyah Binti Al-Harits radhiallahu ‘anha
9.Ramlah Binti Abu Sufyan radhiallahu ‘anha
10. Shafiyyah Binti Huyay radhiallahu ‘anha
11. Maimunah Binti Al-Harits radhiallahu ‘anha
12. Fatimah Binti Rasulullah radhiallahu ‘anha
13. Asma’ Binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha
1.Khadijah Binti Khuwailid radhiallahu ‘anha
2. Saudah Binti Zam’ah radhiallahu ‘anha
3. Aisyah Binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha
4. Hafshah Binti Umar radhiallahu ‘anha
5. Zainab Binti Khuzaimah radhiallahu ‘anha
6. Hindun binti Hudzaifa (Ummu Salamah) radhiallahu ‘anha
7. Zainab Binti Jahsy radhiallahu ‘anha
8.Juwairiyah Binti Al-Harits radhiallahu ‘anha
9.Ramlah Binti Abu Sufyan radhiallahu ‘anha
10. Shafiyyah Binti Huyay radhiallahu ‘anha
11. Maimunah Binti Al-Harits radhiallahu ‘anha
12. Fatimah Binti Rasulullah radhiallahu ‘anha
13. Asma’ Binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha
Barangkali banyak dari kita hanya tahu sedikit saja tentang mereka, bahkan ada dari kita yang sama sekali kita tak tahu apa-apa tentang mereka.
Jadi wajarlah, kalau kemudian kita lebih memilih mengambil inspirasi dan figur teladan ataupun menempatkan panutan orang -orang dari kalangan artis lokal maupun luar, motivator, atlit olahraga, hingga tokoh-tokoh non muslim dan sebagainya
Karena, kebanyakan kita tak kenal generasi terbaik sepanjang sejarah peradaban manusia setelah para Nabi dan Rasul. Kita malas mencari tau tentang mereka, manusia-manusia yang sarat dengan taqwa, karena senantiasa terpupuk dengan Al Quran dan As-Sunnah.
Bukan hanya itu, pengorbanan dan kegigihan mereka dalam membela akidahnya, mengorbankan segala yang dimiliki untuk kepentingan Islam dan tidak jerih dengan kezhaliman, siksaan, dan kematian yang harus dihadapi.
Mengapa bukan manusia-manusia terbaik tersebut yang kita jadi insipirasi kita? Agar kualitas beragama kita minimal bisa meningkat?
Mengapa memilih artis baru hijrah yang notabene cara berhijabnya pun masih belum sempurna dan cenderung tabarruj?
Tapi, kemudian kita selalu berdalih jangan lihat penampilannya tapi lihat hal-hal baik dari dirinya. Maka, berkaitan dengan soal penampilan itu saya meminjam nasehat seorang ustadz :
Kita sepertinya meninggalkan kalam Umar yang terkenal itu; “Saat ini wahyu telah terputus,maka kami akan menghukumi orang-orang sesuai zhohirnya adapun bathin-nya kami serahkan kepada Allah.”
Kita malah kebalik.
“Kita hukumi bathinnya berdasarkan praduga dan zhohirnya diserahkan pada Allah.”
Saya ikut Umar bin khatab saja lah.
Kalau selalu kata-kata abaikan penampilannya dipakai beralasan, maka apa gunanya yang penampilan yang berjanggut, bercelana cingkrang atau berhijab syar’i? Toh, yang penting ambil saja yang baik-baik saja.
Patutlah inspirator pilihan kita, sering jauh dari kesan Islami
Senin, 13 April 2015
Adab Muslim Setelah Terbangun dari Tidur
Wujud mencintai NabiShallallahu alaihi wa sallamadalah berusaha melestarikan ajaran beliau di setiap keadaan.
Untuk itu, para ulama menekankan, sebisa mungkin setiap muslim menyesuaikan diri dengan sunah beliau dalam setiap aktivitasnya, 24 jam sesuai sunah, mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
Seperti inilah yang pernah dipesankan Sufyan at-Tsauri ulama Tabi Tabiin w. 161 H ,
"Jika kamu mampu tidak menggaruk kepala kecuali ada dalilnya, lakukanlah. (al-Jami li Akhlak ar-Rawi, 1/142).
Berikut kami sajikan beberapa sunah NabiShallallahu alaihi wa sallamketika bangun tidur,
Pertama, mengusap bekas tidur di wajah
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu menceritakan, bahwa beliau pernah menginap di rumah bibinya, Maimunah Radhiyallahu anha, saah satu istri NabiShallallahu alaihi wa sallam. Kata Ibnu Abbas,"Kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam, RasulullahShallallahu alaihi wa sallambangun, kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya. (HR. Ahmad 2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Kedua, membaca doa ketika bangun tidur
Diantara bacaan yang beliau rutinkan ketika bagun tidur,"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami akan dibangkitkan."
Ada beberapa sahabat yang menceritakan kebiasaan ini. Diantaranya Hudzaifah bin al-Yaman dan al-Barra bin Azib. Kedua sahabat ini menceritakan doa yang biasa dibaca Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika hendak tidur dan bangun tidur,
Bahwa NabiShallallahu alaihi wa sallamketika bangun tidur beliau membaca: Alhamdulillah alladzi ahyaanaadst. (HR. Bukhari 6312, Muslim 2711, dan yang lainnya).
Ketiga, membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran,
Tepatnya mulai ayat,"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Ibnu Abbas menceritakan pengalaman beliau ketika menginap di rumah bibinya Maimunah,
"Beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya, kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran. (HR. Ahmad 2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Keempat, gosok gigi
Sahabat HudzaifahRadhiallahu anhumenceritakan,NabiShollallahualaihi wassalamapabila bangun malam, beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak. (HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)
Ada banyak manfaat ketika orang melakukan gosok gigi ketika bangun tidur. Terutama mereka yang hendak shalat. Disamping menyegarkan, gosok gigi menghilangkan bau mulut sehingga tidak mengganggu Malaikat yang turut hadir ketika dia shalat malam.
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu menceritakan, "Kami diperintahkan (oleh Rasulullah) untuk bersiwak, kemudian beliau bersabda,"Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak mendirikan shalat datanglah malaikat padanya. Kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya, mendengarkan bacaan Al-Qurannya, dan semakin mendekat padanya. Tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada mulut hamba tadi. Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke perut malaikat itu." (HR. Baihaqi dalam Sunan al-Kubro 1/38 dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah).
Kelima, membersihkan hidung
Memasukkan air ke dalam hidung dengan cara disedot dalam bahasa arab disebut istinsyaq dan mengeluarkannya disebut istintsar.
Setelah bangun tidur, kita dianjurkan melakukan semacam ini 3 kali, untuk membersihakn rongga hidung. Karena ketika manusia tidur, setan menginap di lubang hidungnya. Dari mana kita tahu? Tentu saja informasi dari NabiShallallahu alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, RasulullahShallallahu alaihi wa sallambersabda,
"Apabila kalian bangun tidur maka bersihkan bagian dalam hidung tiga kali karena setan bermalam di rongga hidungnya." (HR. Bukhari 3295 dan Muslim 238)
Keenam, mencuci kedua tangan 3 kali
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahualaihi wassalam berpesan,
"Apabila kalian bangun tidur maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam wadah, sebelum dia mencucinya 3 kali, karena dia tidak mengetahui dimana tangannya semalam berada." (HR. Bukhari dan Muslim 278)
Untuk itu, para ulama menekankan, sebisa mungkin setiap muslim menyesuaikan diri dengan sunah beliau dalam setiap aktivitasnya, 24 jam sesuai sunah, mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
Seperti inilah yang pernah dipesankan Sufyan at-Tsauri ulama Tabi Tabiin w. 161 H ,
"Jika kamu mampu tidak menggaruk kepala kecuali ada dalilnya, lakukanlah. (al-Jami li Akhlak ar-Rawi, 1/142).
Berikut kami sajikan beberapa sunah NabiShallallahu alaihi wa sallamketika bangun tidur,
Pertama, mengusap bekas tidur di wajah
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu menceritakan, bahwa beliau pernah menginap di rumah bibinya, Maimunah Radhiyallahu anha, saah satu istri NabiShallallahu alaihi wa sallam. Kata Ibnu Abbas,"Kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam, RasulullahShallallahu alaihi wa sallambangun, kemudian beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya. (HR. Ahmad 2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Kedua, membaca doa ketika bangun tidur
Diantara bacaan yang beliau rutinkan ketika bagun tidur,"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami akan dibangkitkan."
Ada beberapa sahabat yang menceritakan kebiasaan ini. Diantaranya Hudzaifah bin al-Yaman dan al-Barra bin Azib. Kedua sahabat ini menceritakan doa yang biasa dibaca Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika hendak tidur dan bangun tidur,
Bahwa NabiShallallahu alaihi wa sallamketika bangun tidur beliau membaca: Alhamdulillah alladzi ahyaanaadst. (HR. Bukhari 6312, Muslim 2711, dan yang lainnya).
Ketiga, membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran,
Tepatnya mulai ayat,"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Ibnu Abbas menceritakan pengalaman beliau ketika menginap di rumah bibinya Maimunah,
"Beliau duduk, lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya, kemudian beliau membaca 10 ayat terakhir surat Ali Imran. (HR. Ahmad 2201, Bukhari 183, Nasai 1631, dan yang lainnya).
Keempat, gosok gigi
Sahabat HudzaifahRadhiallahu anhumenceritakan,NabiShollallahualaihi wassalamapabila bangun malam, beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak. (HR. Bukhari 245 dan Muslim 255)
Ada banyak manfaat ketika orang melakukan gosok gigi ketika bangun tidur. Terutama mereka yang hendak shalat. Disamping menyegarkan, gosok gigi menghilangkan bau mulut sehingga tidak mengganggu Malaikat yang turut hadir ketika dia shalat malam.
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu menceritakan, "Kami diperintahkan (oleh Rasulullah) untuk bersiwak, kemudian beliau bersabda,"Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak mendirikan shalat datanglah malaikat padanya. Kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya, mendengarkan bacaan Al-Qurannya, dan semakin mendekat padanya. Tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada mulut hamba tadi. Tidaklah hamba tersebut membaca suatu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke perut malaikat itu." (HR. Baihaqi dalam Sunan al-Kubro 1/38 dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah).
Kelima, membersihkan hidung
Memasukkan air ke dalam hidung dengan cara disedot dalam bahasa arab disebut istinsyaq dan mengeluarkannya disebut istintsar.
Setelah bangun tidur, kita dianjurkan melakukan semacam ini 3 kali, untuk membersihakn rongga hidung. Karena ketika manusia tidur, setan menginap di lubang hidungnya. Dari mana kita tahu? Tentu saja informasi dari NabiShallallahu alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, RasulullahShallallahu alaihi wa sallambersabda,
"Apabila kalian bangun tidur maka bersihkan bagian dalam hidung tiga kali karena setan bermalam di rongga hidungnya." (HR. Bukhari 3295 dan Muslim 238)
Keenam, mencuci kedua tangan 3 kali
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahualaihi wassalam berpesan,
"Apabila kalian bangun tidur maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam wadah, sebelum dia mencucinya 3 kali, karena dia tidak mengetahui dimana tangannya semalam berada." (HR. Bukhari dan Muslim 278)
Duh, Anak Ini Curi Uang Kakeknya untuk Traktir Teman Sekelas
PENDIDIKAN moral bagi anak sangatlah penting untuk diterapkan. Zaman sudah semakin tua, penyimpangan sudah semakin marak. Jika anak tak di arahkan dengan baik oleh orang tua. bisa-bisa jadi salah kaprah, seperti kasus berikut.
Polisi di Ohio Sgt. Brett McNabb mengatakan seorang siswa sekolah menengah didapati telah mencuri uang kakeknya sejumlah 25.000 USD. Dari uang tersebut ia gunakan 100-an USD untuk mentraktir teman sekelasnya sepanjang pekan.
Penyidik mengatakan sudah menarik kembali uang sejumlah 7000 USD, sisanya masih belum diketahui digunakan untuk apa saja selain mentraktir teman-temannya.
Dilansir Upi.com pada hari Senin (13/4/2015), siswa berusia 13 tahun ini mencuri uang dari kakeknya yang berusia 83 tahun ketika tengah beerkunjung selama liburan musim semi.
“Selain teman sekelasnya, beberapa orang dewasa juga sedang diselidiki dalam insiden ini,” kata McNabb.
Sebagai orang tua muslim, mari kita tanamkan nilai-nilai kejujuran kepada anak kita. Mengingatkan bahwa berhura-hura bukanlah tindakan terpuji.
Kejujuran Membawa Kebajikan
JUJUR adalah salah satu hal yang paling mudah untuk kita ucapkan dan paling sulit pula untuk kita laksanakan. Pasalnya, dalam bersikap jujur terkadang ada suatu hal yang memang tidak enak untuk kita ungkapkan. Sehingga, berbohonglah yang menjadi jalan pintas bagi kita untuk menyembunyikan hal-hal yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Padahal, kejujuran ini memiliki efek yang sangat baik bagi kita. Dengan melakukan jujur, maka diri kita akan terbawa pada kebajikan.
Dalam hadis riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud RA tentang Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan mengiring ke naraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang pendusta,” (Shahih al-Bukhari hadis no. 5629).
Jelaslah dalam hadis tersebut, yang mengatakan bahwa jujur itu akan membawa pada kebajikan. Dan jika kebajika telah kita lakukan maka Allah akan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Subhallah.
Itulah manfaat terbesar dalam bersikap jujur. Walau memang cukup sulit untuk kita lakukan, namun ternyata efeknya pun sangat baik untuk kita dapatkan. Hanya segelintir orang saja yang mampu melakukan hal ini, dan tetap istiqamah untuk berbuat jujur. Nah, apakah kita termasuk di dalamnya?
Kita dapat tergolong sebagai orang-orang yang jujur dalam catatan Allah, jika kita benar-benar melakukan hal itu. Jujur berarti mengatakan apa yang semestinya, walau itu terasa pahit. Ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan, dengan tidak melebihkan atau menguranginya. Dengan begitu, secara tidak langsung kita pun akan terlatih untuk bersikap baik, yang selalu menempatkan sesuatu sesuai dengan posisinya. Wallahu ‘alam
Selasa, 07 April 2015
PROGRESS PEMBANGUNAN KELAS BARU SMP IT DARUL FIKRI BAWEN
Kurang lebih dua bulan proses pembangunan kelas baru Pesantren Tahfidz SMP IT Darul Fikri Bawen, dan sampai awal April 2015 sedang tahap penyelesaian lantai satu. Kondisi hujan yang masih cukup tinggi intensitasnya tidak mengganggu proses pembangunan yang direncanakan telah siap untuk dipergunakan pada tahun ajaran baru 2015/2016.
Bulan April ini ditargetkan sudah bisa dilakukan pengecoran untuk lantai satu sehingga para pekerja diminta untuk bisa lebih memaksimalkan kerjanya.
Bulan April ini ditargetkan sudah bisa dilakukan pengecoran untuk lantai satu sehingga para pekerja diminta untuk bisa lebih memaksimalkan kerjanya.
PROGRAM WAKAF GEDUNG DAN WAKAF TANAH
PENGEMBANGAN PESANTREN TAHFIDZ+YATIM SMPIT DARUL FIKRI BAWEN
SEMARANG JAWA TENGAH
Bagi kaum muslimin yang berniat untuk berkontribusi dalam
mendidik para yatim dan para penghafal Qur'an bisa mengalokasikan maal bagi pengembangan
pesantren yang sekarang sedang membangun 4 ruang kelas baru dan membebaskan
tanah di sebelahnya.
Wakaf bisa langsung ditransfer ke rekening BRI atas nama SMP
IT Darul Fikri Bawen 609201007767533 dan konfirmasi ke 081325541470.
Semoga peran serta kaum muslimin semua bisa menyumbang bagi
penyiapan generasi Qur'ani yang berkualitas. aamiin
Minggu, 05 April 2015
Wahai Penuntut Ilmu, Carilah Harta dan Menabunglah Agar Mandiri
Imam Ibnul Jauziy berkata: “Saya pernah menghadiri jamuan orang-orang kaya. Bagi mereka, para ulama adalah kalangan yang paling hina. Ulama-ulama itu menjadi hina karena berada di tengah orang kaya untuk mengharapkan sesuatu dari mereka. Orang-orang kaya itu pun tak menghormatinya karena mereka tahu bahwa para ulama itu banyak menggantungkan nasib mereka padanya. Saya melihat adanya kekeliruan di kedua pihak tersebut.
Bagi pemilik harta, mereka tercela karena tidak menghormati ilmu dan pemiliknya. Hal ini disebabkan kebodohan mereka akan arti ilmu itu sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih mengutamakan mencari harta. Sangatlah tidak pantas jika seseorang menuntut mereka menghormati apa yang tidak mereka ketahui nilai dan maknanya. Adapun cela yang dimiliki para ulama dikarenakan mereka tidak menjaga kehormatan diri yang dihiasi ilmu yang luas. Mereka pun terjungkal dalam kehinaan, karena kemiskinan harta membuat mereka meminta-minta kepada orang kaya.
Andai para ulama mapan ekonominya, tidak membutuhkan, dan tidak bergantung pada orang kaya, pastilah mereka yang kaya itu berada di bawah derajat para ulama dan akan diharamkan bagi ulama menengadahkan tangan kepada mereka. Masalahnya, jika para ulama itu sudah merasa berkecukupan, kenapa mereka tidak mengutamakan kebersihan hati dan jiwa? dan masih saja meminta-minta hanya untuk mendapatkan hal yang sifatnya fana?
Saya pun merasakan sulitnya jiwa untuk bersikap sabar dan puas dengan sedikit yang ada serta untuk tidak menuntut hal-hal yang berlebih. Kalaupun jiwa itu bisa bersabar, sifatnya hanyalah sementara dan tidak mungkin baginya bersabar sepanjang waktu.
Yang lebih utama bagi seseorang yang berilmu adalah -selain menuntut ilmu- juga mencari harta kekayaan dan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkannya, meskipun mungkin ia akan kehilangan sebagian besar waktunya untuk menuntut ilmu. Hal itu akan sangat berguna membentengi kehormatannya.
Said bin al-Musayyab berdagang minyak dan meninggalkan untuk keluarganya sejumlah harta saat dia meninggal dunia. Begitu juga Sufyan ats-Tsauri telah mewariskan harta yang demikian banyak. Suatu saat dia berkata, “Andai bukan karena harta, pastilah orang-orang kaya akan menghinaku”.
Saya menyarankan kepada penuntut ilmu untuk tetap mencari harta, karena saya yakin bahwa jiwa manusia tak selalu tabah untuk bertahan dengan kesederhanaan dan tidak selalu siap untuk berlaku zuhud. Betapa banyaknya orang yang kuat keinginannya untuk menggapai akhirat, kemudian mengeluarkan seluruh (harta) miliknya yang ada di tangannya. Ketika mereka lemah, akhirnya mencari harta dengan jalan yang sangat memprihatinkan.
Yang terpuji adalah jika seseorang menyimpan harta atau menabung dan tidak menggantungkan nasibnya pada manusia. Hal itu perlu untuk menghindarkannya dari ketamakan dan ia pun bisa memurnikan pengabdian keilmuannya tanpa dirasuki kepentingan-kepentingan pribadi. Mereka mengumpulkan bekal untuk hidup dengan cara yang wajar sepanjang tidak berdampak negatif kepada agama dan kehormatan mereka. Siapa saja yang sering mendengar cerita dan kabar orang-orang pilihan, akan mendapati cara hidup mereka yang semacam itu.
Selain mereka, ada orang yang menginginkan dirinya selalu saja beristirahat tanpa kerja seperti apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang hanya mengisi hidupnya dengan berbagai ritual dan menghabiskan apa saja yang mereka miliki. Mereka lalu menyebut yang demikian itu sebagai tawakal.
Mereka tak sadar bahwa mencari nafkah sama sekali tidak bertentangan dengan tawakkal. Mereka sebenarnya adalah orang-orang pemalas yang bekerja dengan meminta-minta. Mereka tidak malu menengadahkan tangan pada orang lain dan tidak menyadari betapa miskinnya mereka akan ilmu dan amal.”
Disalin dari buku Shaidul Khatir, karya Imam Ibnul Jauziy, pustaka Maghfirah, hlm 253-255
Sabtu, 04 April 2015
Ayat Mutasyabihat, Ujian bagi Orang Mukmin
DALAM al-Quran tidak selamanya kandungan makna dapat kita ketahui. Ada pula ayat-ayat yang termasuk dalam kategori ayat mutasyabihaat, yang tidak diketahui kandungan maknanya. Mengapa harus ada ya?
Allah SWT berfirman, “Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong ke dalam kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihaat darinya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya (yang keliru), padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata, kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihaat, semua itu dari sisi Rabb kami. Dan tidak bisa mengambil pelajaran (dari padanya) kecuali orang-orang yang berakal,” (QS. Ali Imran: 7).
Ayat-ayat Muhkamaat berarti ayat yang terang, tegas maksudnya dan dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihaat ialah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud, kecuali setelah diselidiki secara mendalam. Atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah saja yang mengetahuinya. Seperti halnya ayat-ayat yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib, misalnya hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
Mengenai hal ini Rasulullah bersabda, “Apa yang kamu ketahui tentang ayat-ayat muhkamaat amalkanlah, dan apa-apa yang tidak kamu ketahui tentang ayat-ayat mutasyabihaat, berimanlah kepadanya.”
Allah SWT akan selalu menguji orang-orang mukmin, karena Dia ingin mengetahui siapa yang baik dan siapa yang tidak. Menghadapi masalah-masalah ghaib yang tidak dapat dipecahkan oleh akal manusia, seorang mukmin harus selalu meyakininya sebagai suatu yang hak (benar), baik dipahami atau tidak, selama ayat itu berasal dari Allah SWT.
Jadi, ayat-ayat mutasyabihaat dapat dikatakan sebagai ujian bagi kita. Apakah kita tetap yakin pada ketentuan Allah ataukah tidak. Maka dari itu, segala sesuatu yang datangnya dari Allah SWT, janganlah kita merasa ragu. Yakinlah dengan apa yang telah Allah tunjukkan, walau itu tak dapat diketahui oleh kita. Sama halnya tentang dzat Allah yang tidak kita ketahui, tapi kita tetap meyakini keberadaan-Nya. Wallahu ‘alam.
Puncak Ibadah, Apa Itu?
SETIAP orang yang mengaku beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya tentu harus menjalankan ibadah yang sesuai dengan syariat Islam. Baik ibadah secara ritual maupun ibadah dalam keseharian ketika beraktivitas. Dengan beribadah maka kita akan merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan.
Orang yang beriman tentu ingin memberikan yang terbaik bagi Tuhannya, sebagai pencipta alam semesta. Maka, ia akan mencari ibadah yang lebih tinggi tingkat pahalanya, untuk mendapat keberkahan yang tinggi pula dari Allah SWT. Lalu, ibadah apa ya yang paling tinggi yang bisa dikerjakan oleh manusia yang beriman, sehingga ia mantap, tenang, tenteram dan ridha dengan anugerah Allah yang berkesinambungan?
Dengan mengetahui hikmah dari perintah dan larangan Allah, apakah akan ditunda dalam pelaksanaannya? Itu justru akan merusak arti ibadah yang sebenarnya. Yang dapat dilakukan oleh kita agar dapat mencapai ibadah yang paling tinggi yaitu, pertama yakin sepenuhnya bahwa segala perintah dan larangan pasti baik dan menguntungkan kita. Kedua, melaksanakannya dengan senang hati dan menganggapnya sebagai kebutuhan.
Mengamalkan yang pertama dan kedua itulah yang termasuk dalam kategori puncak ibadah. Sesudah itu, mungkin akan terungkap rahasia dan hikmah perintah dan larangan. Dengan begitu, insya Allah keimanan kita akan bertambah teguh dan kokoh.
Banyak orang yang belum atau tidak mengerti hikmah shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi mereka dengan tekun mengamalkannya.
Jadi, jangan terlalu terpaku pada apa yang akan kita dapatkan jika melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Tapi, lakukan saja dahulu sambil mencari tahu hikmah yang akan diperolehnya. Seiring berjalannya waktu, Anda akan merasakan keindahan dibalik itu.
Lima Macam Kegelapan dan Penerangnya
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata:
Kegelapan itu ada limadan lapu penerangnyapun ada lima, yaitu:
1. Cinta dunia adalah suatu kegelapan, sedangkan lampu penerangnya adalah ketaqwaan.
2. Berbuat dosa adalah suatu kegelapan, sedangkan lampu penerangnya adalah bertobat.
3. Kubur adalah kegelapan, sedangkan lampu penerangnya adalah bacaan: ‘Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah.
4. Alam akhirat itu penuh kegelapan, sedangkan penerangnya adalah amal shalih.
5. Shirath (jembatan penyebrangan diatas neraka) sangat gelap, sedangkan penerangnya adalah yakin.
*Dari Kitab Nashaihul ‘Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani
India to have world’s largest Muslim population by 2050
India will retain a Hindu majority but also will have the largest Muslim population of any country in the world, surpassing Indonesia.
Washington — India will overtake Indonesia as the country with the largest number of Muslims in 2050 while Hindus will become the world’s third largest population by that time, according to a new study by a US think-tank.
According to the Pew Research Centre’s religious profile predictions assessed data released on Thursday, Muslims are projected to grow faster than the world’s overall population and that Hindus and Christians are to roughly keep pace with worldwide population growth.
“India will retain a Hindu majority but also will have the largest Muslim population of any country in the world, surpassing Indonesia,” the Pew report said.
According to Pew in 2011, Indonesia had a Muslim population of about 205 million as against India’s 177 million.
“Over the next four decades, Christians will remain the largest religious group, but Islam will grow faster than any other major religion,” it said.
The report predicted that by 2050 there will be near parity between Muslims (2.8 billion, or 30 per cent of the population) and Christians (2.9 billion, or 31 per cent), possibly for the first time in history.
There were 1.6 billion Muslims in 2010, compared to 2.17 billion Christians. “The number of Muslims will nearly equal the number of Christians around the world,” the report said. If the trend continues, Islam will be the most popular faith in the world after 2070, it said.
By 2050, Muslims will make up about 10 per cent of the Europe’s population, up from 5.9 per cent in 2010.
The Hindu population is projected to rise by 34 per cent worldwide, from a little over 1 billion to nearly 1.4 billion by 2050.
By that time, Hindus will be third, making up 14.9 per cent of the world’s total population, followed by people who do not affiliate with any religion, accounting for 13.2 per cent, the report said.
The people with no religious affiliation currently have the third largest share of the world’s total population.
Over the same period, the number of Hindus in Europe is expected to roughly double, from a little under 1.4 million (0.2 per cent of Europe’s population) to nearly 2.7 million (0.4 per cent), mainly as a result of immigration, the report said.
In North America, the Hindu share of the population is expected to nearly double in the decades ahead, from 0.7 per cent in 2010 to 1.3 per cent in 2050, when migration is included in the projection models. Without migration, the Hindu share of the region’s population would remain the same.
Buddhism is the only faith that is not expected to increase its followers, due to an ageing population and stable fertility rates in Buddhist countries, such as China, Japan and Thailand.
The projections considered fertility rates, trends in youth population growth and religious conversion statistics.
The study also predicts that one in nine British nationals will be Muslim by 2050, with Christianity set to become the minority religion in the UK.
According to projections, the proportion of the British population identifying themselves as Christian will reduce by almost a third by 2050 to stand at just 45.4 per cent, compared with almost two thirds in 2010.
Jumat, 03 April 2015
Penduduk Muslim Diproyeksikan Akan Mebihi Penduduk Kristen Setelah Tahun 2070
ISLAM akan menjadi agama terbesar di dunia setelah Tahun 2070. Antara tahun 2010 dan tahun 2050 Muslim diproyeksikan akan meningkat sebesar 73 persen, sementara jumlah orang Kristen diproyeksikan tumbuh sebesar 35 persen, pada tingkat yang sama dengan populasi global, Pew Research Center melaporkan, Kamis (3/4/2015).
Menurut Pew demograf, pada tahun 2010 Kristen adalah agama terbesar di dunia dengan perkiraan 2,2 miliar pengikut, 31 persen dari semua 6,9 miliar orang yang ada di Bumi. Sedangkan Islam adalah kedua terbesar, dengan sekitar 1,6 miliar pengikut, atau 23 persen dari populasi dunia.
Menurut proyeksi, pada tahun 2050 akan ada di dekat paritas antara Muslim dan Kristen, mungkin ini akan mengakhiri dua ribu tahun dominasi Kristen di dunia.
Menurut World Bulletin, sebagian ulama mengatakan orang Kristen selalu lebih banyak daripada umat Islam di seluruh dunia. Sementara yang lain mengatakan jumlah umat Islam mungkin telah melebihi jumlah orang Kristen selama zaman keemasan Islam antara abad ke-11 dan abad ke-17.
Menurut laporan Pew, secara global, umat Islam memiliki tingkat kesuburan tertinggi dengan rata-rata 3,1 anak per perempuan, sedangkan Kristen sebesar 2,7 anak per perempuan.
Proyeksi menunjukkan bahwa, jika kecenderungan saat ini berlanjut, pangsa penduduk Muslim dunia akan melebihi pangsa Kristen setelah tahun 2070.
Peneliti Pew mengatakan, semua kelompok agama utama dunia, kecuali umat Buddha siap untuk beberapa pertumbuhan angka mutlak dalam dekade mendatang.
Mereka mengatakan tingkat rendah kesuburan dan penuaan populasi di negara-negara seperti Cina, Thailand dan Jepang akan tetap stabil populasi Buddha di dunia.
Proyeksi juga mengungkapkan bahwa orang Kristen akan turun di bawah 50% dari populasi di beberapa negara termasuk Australia, Perancis, Belanda dan Inggris.
“Pada tahun 2050, kelompok agama terbesar di Perancis, Selandia Baru dan Belanda diharapkan menjadi “agama tidak terafiliasi” yang meliputi ateis, agnostik dan lain-lain yang tidak berafiliasi dengan agama apapun, meskipun kelompok ini diproyeksikan menyusut sebagai persentase populasi global,” kata laporan itu.
“Di Eropa, pangsa penduduk Muslim diperkirakan meningkat dari 5,9 persen pada 2010 menjadi 10,2 persen pada tahun 2050 akibat migrasi dan faktor demografi lainnya,” proyeksi menunjukkan.
Hindu diproyeksikan akan tumbuh sebesar 34 persen, sedikit di atas 1 miliar hampir 1,4 miliar, pada tahun 2050.
Menurut Pew Demograf, pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 9,3 miliar.
Membumikan Perintah Iqra’
MEMBACA adalah kegiatan memahami deretan huruf. Kegiatan ini kalau dikembangkan dan dijadikan suatu budaya, akan dapat merubah kehidupan baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bangsa, kehidupan dunia maupun akhirat. Tidak mengherankan jika negara-negara maju seperti Jepang, Inggris dan Amerika membudayakan membaca di tengah-tengah masyarakatnya.
Jauh sebelum negara maju itu membudayakan membaca, 15 abad yang lalu Al Quran sebagai pegangan utama umat Islam telah mewajibkan membaca. Perintah itu dicantumkan di dalam ayat pertama surat Al Alaq dengan kata “iqra”, artinya bacalah.
Pemahaman tentang perintah Iqra’ dan merealisasikannya dalam kehidupan telah membuat kehidupan manusia menjadi dinamis. Manusia yang tidak tahu dengan tulis baca merubah kehidupannya menjadi aktif dan bergerak. Manusia yang pada mulanya ummi dengan memahami perintah iqra’ tampil menjadi pemimpin dunia. Bahkan beliau tidak hanya mensejahterakan manusia di dunia saja. Dari mengamalkan perintah iqra’, beliau mengantarkan manusia lainnya bahagia dunia dan akhirat. Itulah dia Rasulullah, Muhammad SAW. Kepadanya perintah Iqra’ itu mulai diturunkan pertama kali.
Mengapa memahami dan mengamalkan perintah iqra’ itu bisa merubah kehidupan manusia? Karena dengan membaca kita disuguhi kata-kata yang berkualitas oleh pengarang. Kata-kata yang berkualitas itu akan masuk ke dalam diri kita. Ibarat makanan, kalau kita memasukkan ke dalam diri kita makanan yang bergizi, makanan yang bervitamin, tubuh kita akan menjadi sehat.
Kata-kata yang berkualitas dari bacaan yang kita baca, akan menyebabkan pemikiran kita akan menjadi sehat. Hati yang sehat akan melahirkan tindakan yang baik dan benar. Kata-kata yang berkualitas itu ibarat kendraan yang mengantarkan kehidupan kita kepada tujuan yang hakiki. Tujuan hidup manusia yang hakiki itu adalah sejahtera lahir batin dunia dan akhirat.
Kalau kita membaca buku-buku yang bernilai hikmah, akan kita rasakan gelora untuk mendapatkan nilai-nilai baik. Nilai-nilai yang ditanamkan dalm buku yang mengandung hikmah mengajak kita untuk mencintai perbuatan baik. Hati menjadi gembira dengan mebaca buku-buku yang mengandung hikmah. Mebaca buku-buku aqidah akan membuat keyakinan kepada Allah menjadi kuat. Membaca buku-buku Sirah Nabawiyah akan memperkokoh langkah kita mengikuti jalan yang beliau bentangkan.
Al Quran adalah kitab yang paling tinggi dan mulia. Dia perkataan Allah yang disampaikan melalui Rasulullah, Muhammad SAW. Kandungan kata-katanya mempunyai nilai gizi yang tinggi. Membaca Al Quran berpahala. Mengamalkan kandungan isinya akan membawa manusia kepada ketentraman hidup lahir batin, dunia dan akhirat.
Orang yang tidak mau memahami isinya dan tidak mau bersentuhan dengan Al Quran itu, menyebabkan kehidupannya seperti orang yang kehabisan darah. Pelan-pelan dia akan mengalami kematian. Kematian hati, kematian terhadap pandangan dan tujuan hidup. Jika pandangan dan tujuan hidup tidak jelas, hanya nyawanya mungkin ada tetapi hakikat hidup tidak dirasakannya.
Bangunkanlah hati untuk kembali belajar dengan membaca, terutama membaca, menghayati dan mengamalkan ajaran Al Quran. Ketika hati dalam keadaan senang dalam belajar dia akan lebih punya kekuatan untuk membangunkan suara keledai dan bunyi reruntuhan yang mengejutkan
Anjuran Nabi Untuk Tersenyum dan Mencium Anak-anak
NABI Muhammad SAW menyayangi anak-anak dengan senyuman, ciuman, dan menganjurkan agar para ayah menyayangi anak-anak mereka.
Abu Hurairah berkata :
“Rasulullah bersabda, ‘siapa saja yang tidak mengasihi anak-anak dan tidak mengetahui hak orang-orang tua dari kalangan kami maka ia bukan dari golongan kami.”
Abu Hurairah juga berkata :
”Rasulullah mencium Al-Hasan, sedangkan di hadapan beliau saat itu ada Al-Aqra bin Habis yang sedang duduk. Al-Aqra berkata, ‘saya punya sepuluh anak, tetapi saya belum pernah mencium seorangpun di antara mereka. ‘ Rasulullah memandang ke arahnya dan bersabda, ‘barang siapa yang tidak punya rasa belas kasihan, niscaya tidak akan dikasihani’.”
Tsabit telah meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi SAW mengambil putranya, Ibrahim, lalu mencium dan mengendusnya.
Anas berkata, “Nabi SAW adalah sosok manusia yang paling penyayang terhadap keluarga. Beliau dahulu memiliki seorang anak yang disusukan di pinggir Madiah dan ibu yang menyusui itu adalah seorang pendidik. Kami pernah mendatanginya. Ia telah mengasapi rumahnya dengan rerumputan. Maka beliau mencium dan mengendus anaknya.”
Nabi menganjurkan kepada para ayah untuk menyayangi anak-anak mereka. Di antara hadits yang menjelaskan haln ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bahwa seorang wanita datang kepada Aisyah,lalu Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu pun memberikan kepada kedua anaknya, lalu membelah sebiji buah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikan kepada dua anaknya itu. Tidak lama kemudian Nabi datang dan Aisyah menceritakan peristiwa itu kepadanya. Maka Nabi bersabda, ‘mengapa kamu mesti heran dengan sikapnya? Sesungguhnya Allah telah merahmatinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya itu’.”
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa seorang wanita dengan kedua anak perempuannya, dan seterusnya hingga akhir kisah. Ketika Aisyah menceritakan hal itu kepada Nabi, beliau bersabda :
“Barang siapa mendapat suatu ujian dari anak-anak perempuan ini, lalu ia tetap memperlakukan mereka dengan baik, kelak mereka akan menjadi penghalang bagiya dari neraka”.
Jadi, memeluk, mencium dan menggendong anak. BUkan hanya sekedar nalluri orangtua, tapi juga bernilai ibadah
Langganan:
Postingan (Atom)